Headlines News :
Home » » Geliat Usaha Kuliner di Sekitar Polnes: Warung Nasi Kuning "Bunda"

Geliat Usaha Kuliner di Sekitar Polnes: Warung Nasi Kuning "Bunda"

Written By Kabar Kampusku on Senin, 03 Februari 2014 | 07.00

Sejak berdirinya kampus Politeknik Negeri Samarinda pada akhir tahun 1980-an, pemukiman-pemukiman dan warung-warung mulai bermunculan. Usaha kecil menengah pun mulai mengelilingi sekitar kampus Polnes, termasuk usaha kuliner. Salah satunya warung nasi kuning satu-satunya di kawasan kampus Polnes. 
----
----
Hj. Fatma dan dagangan yang ia jajakan di depan
warung.
Suatu pagi di hari menjelang pekan terakhir Desember 2013, jam menunjukkan pukul 06.30 pagi. Suasana sekitar kampus Gunung Lipan, RT 33 Kelurahan Sungai Keledang, Samarinda Seberang, masih sepi. Ditambah pula, hujan yang turun cukup deras kemudian membuat beberapa pengendara yang melaju di Jalan Cipto Mangunkusumo berhenti sejenak untuk memakai jas hujan yang tersimpan di bawah jok motornya.

Penulis yang sudah tiba di kampus sepagi itu mencari warung untuk sarapan. Kebetulan ada satu warung satu-satunya yang buka saat itu, yakni 'Warung Bunda' milik Hj. Fatma. Meski pelataran warung cukup becek akibat diguyur hujan, tetap tidak menyurutkan penulis untuk singgah. Penulis mencoba menyapa pemilik warung. "Handak pasan apa, nak ai (mau pesan apa, nak)?", ujarnya dengan logat Banjar yang masih cukup kental. Penulis pun memesan nasi kuning lauk ayam sepotong dengan minuman segelas teh hangat. Sambil menikmati hidangan yang sudah tersaji di depan mata, penulis menyapa pemilik warung dan akhirnya kami bercakap-cakap.

Ia sudah berjualan nasi kuning sejak belasan tahun yang lalu. "Saya mulai berjualan sejak akhir tahun 2001 menuju 2002", ujarnya. Warungnya buka mulai dari jelang pagi sampai jelang siang. Setengah hari saja. Ada pun makanan yang dijualnya selain nasi kuning, ada lontong sayur dan wadai (kue) khas Banjar seperti bingka, untuk-untuk, dan donat. Warung ini paling ramai pada jam 8 pagi, ketika mahasiswa mulai berdatangan ke kampus. Ada juga karyawan dari perusahaan sekitar.

Ketika ditanya apakah berjualan kuliner yang dilakoni bu Fatma merupakan mata pencaharian utama, ia menjawab dengan tegas, "Ya, jualan (nasi kuning, dan lain-lain) ini menjadi mata pencaharian tetap dan utama saya."

Soal harapan usahanya ke depan, bu Fatma punya pandangan tersendiri, "Saya sih berharap usaha saya maju. Namun saat ini kadada (tiada) modal. Tempat jualan juga tidak menunjang. Warung saya yang dulu, yang tidak jauh dari tempat sekarang, saya bisa memasak karena luas. Sedangkan di tempat sekarang tidak bisa, hanya bisa masak di rumah dan hasil masakan dibawa ke warung ini. Jadi usaha saya sangat sulit maju, kalau kata orang Banjar, cukup di makan haja (penghasilan hanya cukup untuk makan sehari-hari, red), dan bayar sewa rumah". (arief)
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Buletin Edisi Perdana

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Kabar Kampusku - All Rights Reserved