Kunjungan Industri Luar Jurusan TI 2013

KABAR KAMPUSKU - Jurusan Teknologi Informasi Polnes melakukan agenda Kunjungan Industri (KI) yang dilaksanakan pada tanggal 3-10 Februari 2013 yang diikuti oleh 20 peserta yang merupakan mahasiswa dari berbagai kelas. Ada pun kota tujuan KI antara lain di Jakarta, Tangerang, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya sehingga disebut KI luar (luar Kalimantan, red).

Ketua pelaksana, Wikarno mengatakan bahwa tujuan dan maksud dari KI ini adalah untuk melihat langsung bagaimana proses industri dan seberapa mampu mahasiswa mengaplikasikan ilmu yang didapatnya di kampus untuk diterapkan di sektor industri, khususnya dalam bidang TI.

Rombongan Peserta KI TI (baju hijau) bersama mahasiswa
Polban (baju biru) saat berkunjung ke Bandung. (ist)

Selama 8 hari, tempat-tempat yang dikunjungi antara lain kantor Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) di Jakarta, PT Nestle di Tangerang, dan Politeknik Negeri Bandung (Polban). Selain tempat kunjungan industri, rombongan juga mengunjungi tempat-tempat wisata yang berada di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya.

"Di APJII, kami selaku rombongan melihat sistem TI di sana, server-servernya dan di sana kelihatan sekali (teknologinya) apa yang kita pelajari selama ini di kampus. Sedangkan di Tangerang, kami melihat proses produksi produk dari PT Nestle. Sedangkan di Polban, kami melakukan semacam studi banding, membandingkan jurusan TI di Polban dengan TI di Polnes. Kami lihat di Polban jurusan TI sudah mendapat akreditasi A, sedangkan di Polnes masih di bawah mereka. Kami juga membandingkan keorganisasian mereka, jika di Polban ada Himakom, kalau di Polnes ada HMJ TI. Selain kunjungan ke kawasan industri, kami juga ke kawasan wisata sebagai 'refreshing', istilahnya sambil menyelam minum air, lah!", papar Wikarno.

Saat ditanya mengenai hal menarik selama KI, dengan sedikit tersenyum, Wikarno berkata,"Hal menarik dan lucu yang tak terlupakan bagi kami, ketika 9 orang peserta KI, termasuk saya, makan malam di luar, di Jakarta, sekitar jam 11 malam. Kami pesan nasi goreng sama es teh. Kami pikir harganya cuma Rp10.000an seperti di Samarinda, tapi ternyata sampai 40 ribuan, kami kaget. Selain itu, es teh yang kami pesan juga hambar. Kami baru sadar, kalau di Jakarta, kalau pengen es teh rasa manis, maka mesti pesan dengan nama 'es teh manis'."

Saat ditanya mengenai pelajaran yang dapat dipetik dari KI ini, Wikarno berkata bahwa rombongan bisa menentukan, apakah mereka layak masuk industri atau tidak. "Kalau di Nestle, kami tidak belajar banyak soal TI di sana, tetapi kami belajar banyak di APJII. Kita bisa mengukur kemampuan kita, apakah kita bisa bekerja di situ", ujarnya mengakhiri pembicaraan. (arief)