Headlines News :
Home » , , » Perjuangan Korban Lumpur Lapindo dan Sang Jurnalis Di Balik Frekuensi

Perjuangan Korban Lumpur Lapindo dan Sang Jurnalis Di Balik Frekuensi

Written By Kabar Kampusku on Rabu, 08 Mei 2013 | 12.48

KABAR KAMPUSKU - Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Jurnalistik Politeknik Negeri Samarinda menggelar pemutaran dan diskusi film "Di Balik Frekuensi" karya Ucu Agustin di Ruang Diklat Gedung Perpustakaan Polnes lantai 2 pada Sabtu (4/5) siang sekitar pukul 14.00 WITA. Film ini merupakan film dokumenter panjang pertama di Indonesia karena durasi film ini mencapai 144 menit. 

Acara dimulai dengan sambutan dari ketua UKM Jurnalistik, Farman, dan dilanjutkan dengan sambutan dari pembina UKM Jurnalistik, Sukarni, S.Sos. Setelah itu, Arief Rahman selaku penggagas acara dan ketua panitia pelaksana juga memberikan sambutan dan menjelaskan mengenai film DBF dan pembuatnya.

Film ini menampilkan kisah bagaimana perjuangan seorang reporter Metro TV, Luviana, dalam memperjuangkan hak-haknya yang dilanggar oleh kekuasaan pemilik modal, ia di-PHK oleh Metro TV tempatnya bekerja hanya karena mempertanyakan sistem manajemen yang tidak berpihak pada pekerja. Selain itu film ini juga menampilkan perjuangan Hary Suwandi salah seorang korban Lumpur Lapindo Sidoarjo yang menuntut keadilan atas nama seluruh korban lapindo kepada Aburizal Bakrie selaku pemilik perusahaan Lapindo dengan cara berjalan kaki dari Porong-Sidoarjo ke Jakarta yang didokumentasikan oleh teman seperjalanannya Harto Wiyono. 

Arief, penggagas dan ketua panita
pelaksana ketika menjelaskan
tentang apa itu film Di Balik Frekuensi. (ist)
Setelah film selesai diputar, sesi diskusi dimulai saat moderator Sailawati memaparkan pendapatnya mengenai film ini. "Film dokumenter ini memberikan informasi dan pandangan kepada kita tentang citra media di Indonesia bahwa media di Indonesia digerakkan untuk kepentingan beberapa kelompok entah untuk politik atau pun bisnis", jelasnya.

Setelah itu moderator mempersilakan pembicara dari wartawan sebuah harian lokal di Kaltim bernama Fachrizal untuk memulai diskusi dan mengutarakan pendapatnya,"Film ini menggambarkan gambaran berita di nasional, sebenarnya semua media di daerah juga seperti itu, tidak bisa dipungkiri jika media tempat saya bekerja juga ada kasus yang serupa. Nah untuk sekarang dua media ini, entah itu nasional dan di daerah semua masing-masing lebih kepada kepentingannya masing-masing dan tidak bisa dipungkiri juga saat saya sebagai reporter juga merasakan hal yang seperti itu, ketika kita membuat berita capek-capek, harus panas-panasan, gontok-gontokkan, apalagi saya di bagian kriminal, kita harus bersinggungan dengan keluarga korban atau keluarga tersangka. Nah di situlah, kita sudah capek-capek, tiba-tiba berita dari nasional datang, catatan dari salah satu tokoh politik. Sudah, berita kita gak bakal dipakai.”



Sesi diskusi. (ist)
Menjelang akhir diskusi dan dengar pendapat, Sailawati selaku moderator menutup acara dengan memberikan kesimpulan,"media memang merupakan kebutuhan missal, kebutuhan kita bersama, karena memang melalui media, kita dapat mengetahui berbagai informasi yang tadinya kita tidak tahu, tetapi dengan bantuan media, kita menjadi tahu dan banyak sekali hal-hal yang bisa berguna diberikan kepada kehidupan kita, tetapi sekali lagi itu kembali lagi kepada kita, sebagai konsumen media, konsumen berita, bagaimana kita mengimbangi sebuah berita yang kita dapatkan dan terima, kita tonton, baca atau dengarkan. Dan seperti yang dikatakan di kesimpulan tayangan tadi, seorang pencari kerja yang katanya dulu dia adalah harapan bangsa dan sekarang dia menjadi beban bangsa mengatakan bahwa media selayaknya harus menyajikan hal-hal bermanfaat bagi manusia atau publik sebagai konsumen media dan berita, bukanlah sebagai bentuk konglomerasi para pemegang kuasa dan kepentingan, tetapi memang tidak dapat dipungkiri bahwa citra media di Indonesia, sepertinya sudah mengadopsi hal-hal yang seperti itu.” (devi/arief)
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Buletin Edisi Perdana

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Kabar Kampusku - All Rights Reserved